Kasih jajannya YA

Chat GPT Mampu Tingkatkan Kinerja Perusahaan yang Buruk, Faktanya Data Juga Tunjukkan Risiko Bisnis

Chat GPT Mampu Tingkatkan Kinerja Perusahaan yang Buruk, Faktanya Data Juga Tunjukkan Risiko Bisnis

Akankah kecerdasan buatan membuat banyak orang kehilangan pekerjaan atau memicu lonjakan produktivitas yang akan mengubah dunia menjadi lebih baik? Jelas pertanyaan itu adalah perdebatan yang sudah berlangsung lama dengan pendapat yang kuat dari kedua belah pihak. Tapi apapun perdebatannya, Anda harus setuju kalau 188bet situs terbaik untuk Anda.

Bukti AI Membantu Karyawan yang Kurang Terampil

Konsensus sebelumnya menyebutkan bahwa AI akan berkontribusi untuk meningkatkan keterampilan karyawan, selama para staff berketerampilan tinggi. Sementara itu, pekerja berketerampilan rendah atau lebih junior akan kehilangan pekerjaan – ketakutan inilah yang membayangi segala sektor perusahaan.

Namun serangkaian penelitian terbaru yang menganalisis data nyata mengenai dampak AI terhadap produktivitas dan kinerja mungkin memerlukan pemikiran ulang. Salah satunya, yang diterbitkan minggu lalu oleh Boston Consulting Group, mereka meneliti dampak AI terhadap 758 konsultan manajemennya.

Separuh dari para pekerja diminta untuk menyelesaikan proyek konsultasi fiktif dengan bantuan model terbaru pembuat teks Chat GPT, sementara yang lainnya melakukan tugas yang sama tanpa bantuan.

Sebelum percobaan ini para manajer telah menilai keterampilan dan kinerja konsultan, membagi peserta menjadi level ahli dan pemula. Hasilnya semua konsultan yang menggunakan Chat GPT meningkatkan kinerja mereka saat mengerjakan proyek. Konsultan yang berada di level pemula meningkatkan kinerja mereka rata-rata sebesar 43%.

“AI bekerja seperti penyeimbang: orang dengan kinerja lebih rendah akan mendapatkan keuntungan terbesar.”

Lapor Profesor Ethan Mollick, salah satu penulis makalah penelitian tersebut.

Penelitian dari Kampus Ivy League

Penelitian serupa di AS pada bulan Mei menghasilkan temuan yang lebih mengejutkan. Para peneliti dari Universitas Stanford dan Institut Teknologi Massachusetts (MIT) menemukan bahwa agen layanan pelanggan di sebuah perusahaan besar yang tidak disebutkan namanya bekerja rata-rata 14% lebih cepat saat menggunakan asisten AI. Namun pekerja yang paling terampil tidak memperoleh peningkatan produktivitas sama sekali.

Dampak yang sama juga terjadi dalam penelitian yang mencakup berbagai industri, mulai dari hukum hingga jurnalisme, AI malah membiarkan orang-orang yang kurang berbakat bersaing dengan manusia.

AI dapat mematahkan metrik kinerja tradisional

Siapapun pasti ingin meningkatkan karyawan mereka yang awalnya tak mengerti apa-apa, lalu menjadi seorang karyawan yang terampil. Anggota baru juga dapat memahami peran mereka dengan lebih cepat tanpa harus menjalani program pelatihan yang panjang.

Namun dampaknya mungkin kurang menguntungkan bagi karyawan dengan kinerja terbaik. Jika kemampuan yang telah mereka kembangkan dengan susah payah dan lama dapat diakses oleh siapa saja hanya dengan menekan satu tombol, maka orang-orang ini akan dirugikan. Meskipun perusahaan lain telah ‘naik level’, kinerja relatif mereka justru menurun.

Hal ini akan menimbulkan pertanyaan rumit bagi para manajer mengenai kompensasi, pengembangan, dan motivasi karyawan yang selama ini dianggap berkinerja terbaik.

Haruskah seorang karyawan yang telah mengembangkan keahlian hebat dibayar lebih dari seseorang yang mengandalkan AI, meskipun outputnya sama? Jika tidak, bagaimana lagi Anda dapat memberikan insentif kepada mereka?

Apakah masuk akal untuk mencoba mengevaluasi kemampuan seseorang tanpa bergantung pada alat yang mereka gunakan sehari-hari? Apa dampaknya bagi perekrut ketika mereka mengetahui bahwa kandidat yang biasa-biasa saja berpotensi melakukan hal yang sama baiknya dengan orang lain?

Artikel Terkait:

Konten Unggulan

ID/EN »